أصحاب

Tuesday, February 7, 2012

Ketakwaan kepada ALLAH

Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi amatlah dungu. Suatu hari dia belajar pada seorang syeikh. Setelah lama menuntut ilmu, syeikh menasihati dia dan teman-temannya: ''Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang yang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada ALLAH dalam menjalankan pekerjaan tersebut.

Maka, pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya bertanya: ''Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan oleh ayahku? ''Sambil bergetar ibunya menjawab: ''Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu? ''Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun akhirnya si ibu terpaksa memberitahu, dengan nada jengkel ibunya berkata: ''Ayahmu dulu seorang pencuri!"

Pemuda itu berkata: ''Guruku memerintahkan kami; murid-muridnya untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada ALLAH dalam melaksanakna pekerjaan tersebut.''

Ibunya menyela: ''Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan? ''Kemudian anaknya yang begitu polos menjawab: ''Ya, begitulah kata guruku. ''Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana para pencuri melakukan aksinya. Sekarang dia mengetahui teknik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian solat Isya' dan menunggu semua orang tidur. Sekarang dia keluar rumah untuk menjalankan profesion ayahnya, seperti perintah gurunya.


Dimulailah dengan rumah tetangganya. Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syeikhnya agar selalu bertakwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya, rumah tetangga itu ditinggalkan. Ia lalu melewati rumah lain, dia berbisik pada dirinya: ''Ini rumah anak yatim, dan ALLAH memperingatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim." Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahawa pedagang ini memiliki harta yang melebihi keperluannya. ''Ha, di sini'',gumamnya. Pemuda tadi memulai aksinya. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kuncinya yang disiapkan. 

Setelah berhasil masuk, rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia mengelilingi dalam rumah, sampai menemukan tempat penyimpanan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak dan wang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk mengambilnya. Lalu dia berkata: ''Eh, jangan, syeikhku berpesan agar selalu bertakwa. Barangkali pedagang ini belum menunaikan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu.''

Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan menghidupkan lentera (lampu) kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya. Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Saat menoleh, dia melihat fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri: ''Ingat takwa kepada ALLAH! Kau harus melaksanakan solat dulu!'' Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu' di bilik air lalu dia mengerjakan solat sunat.

Tiba-tiba tuan rumah terbangun.Dilihatnya dengan penuh kehairanan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya terbuka dan ada orang yang sedang melakukan solat. Isterinya bertanya: ''Apa ini?'' Dijawab suaminya: ''Demi ALLAH, aku juga tidak tahu. ''Lalu dia menghampiri pencuri itu: ''Kurang ajar, siapa kau dan apa ini?'' Si pencuri berkata: ''Solat dahulu, baru bicara. Ayuh pergilah berwudhu' lalu solat bersama. Tuan rumahlah yang berhak menjadi imam''.

Kerana risau pencuri itu membawa senjata si tuan rumah menuruti kehendaknya. Selesai solat dia bertanya: ''Siapa kau dan apa urusanmu?'' Dia menjawab: ''Saya ini pencuri." ''Lalu apa yang kau perbuat dengan buku-buku cacatanku itu?'' tanya tuan rumah lagi. Si pencuri menjawab: ''Saya menghitung zakat yang belum kamu keluarkan selama enam tahun. Sekarang saya sudah menghitungnya dan juga saya pisahkan agar kamu dapat memberikanya pada orang yang berhak'', Hampir saja tuan rumah dibuat gila kerana terlalu kehairanan. 

Lalu dia berkata: ''Hai, ada apa denganmu sebenarnya. Apa kau ini gila?'' Mulailah si pencuri itu bercerita dari awal. Dan setelah tuan rumah mendengar ceritanya dan mengetahui ketepatan serta kepandaiannya dalam menghitung, juga kejujuran kata-katanya, juga mengetahui manfaat zakat, dia pergi menemui isterinya. Mereka berdua dikurniai seorang puteri. 

Setelah keduanya berbincang, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, kemudian berkata: ''Bagaimana sekiranya aku nikahkan engkau dengan puteriku. Aku akan lantik engkau menjadi setiausaha dan juruwangku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. Kau akan kujadikan sebagai rakan bisnesku. ''Ia menjawab: ''Aku setuju.'' Di pagi hari itu juga tuan rumah memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya......


Sahabat2...Apa kesimpulan yang kita boleh ambil dalam qisoh ini?
  • kejujuran pasti dibalas dengan kebaikan...
  • iman dan takwa akan menjadi benteng kepada diri kita...jadi, tingkatkan iman dan ketakwaan kita kepada ALLAH...

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Post

get this widget here

Tadabbur i-Quran

Hadis Pilihan Hari Ini

Like & Share in 3 seconds!

Share